Only You

ONLY YOU/EUNHAE/PG-15/GENDERSWITCH/ROMANCE/ONESHOOT

Cast: Donghae, Eunhyuk (yeoja), Hangeng dan Henry

Eunhae

*Donghae PoV*

Hai, namaku Donghae. Ya, tanpa ku perkenalkan diri pun kalian sudah tahu siapa aku. Hehe bukannya sombong, di sekolah ini tidak ada yang tidak mengenalku. Mau bukti? Saat ku berjalan, semua mata tertuju padaku terutama mata para yeoja itu dan yang ku lakukan hanya satu yaitu memberikan senyuman mautku yang mempesona ini.

 

“Annyeong, Donghae-a!!” sapa beberapa yeoja yang tersipu menatapku. Seperti biasa, untuk membahagiakan mereka, ku berikan senyum tipisku yang lembut. “Kyaa…Donghae sshi menatapku!!” sahut seru beberapa yeoja lain yang ku jumpai di lorong sekolah terpanjang—tempat favoritku menikmati waktu luangku di sekolah karena lorong ini adalah lorong ter-ramai.

Aku berjalan santai dan semakin memperlambat langkahku. Ku masukan kedua tanganku ke dalam kantong celana dan sesekali bersiul santai sambil mengumbar senyum terbaikku. Dari kejauhan, seorang yeoja dengan handphonenya menarik perhatianku. Ia berjalan santai tidak menatapku. Apa? Tidak menatapku?! Ini tidak boleh terjadi. Aku menatap yeoja itu yang semakin mendekat ke arahku. Dahiku mengerut, melihat yeoja itu yang tidak kunjung menatapku. Apakah handphonenya itu lebih menarik dibanding aku? Aku menggelengkan kepalaku.

“Mianhae” kata yeoja itu—tersadar aku menghalangi jalannya namun tetap pada pendiriannya, Ia tidak menatapku.

Ia bergeser ke kiri dan aku pun ikut bergeser ke kiri. Yeoja itu menarik nafas pelan namun tidak kunjung menatapku, Ia bergeser ke kanan dan aku pun ikut bergeser ke kanan. Aku menghalanginya jalan agar Ia melihatku dan menyapaku seperti para yeoja lainnya. Jangan salah paham, aku hanya berusaha adil. Aku tidak akan membiarkan satu yeoja pun tidak mendapatkan senyumanku—yang biasanya membahagiakan mereka.

“Apa?” tanya yeoja itu mendongakkan kepalanya, menatapku.

Akhirnya Ia menatapku. Aku mulai merekahkan ujung – ujung bibirku dan memperlihatkan senyuman terbaikku padanya. Yeoja itu mengatupkan mulutnya dan mulai mengangguk pelan. Akhirnya dia mengerti maksudku. Ayo, sapa aku! Kau ingin menyapaku, bukan?

Yeoja itu menepuk pundakku dan pergi meninggalkan ku begitu saja. Ia berjalan santai sambil menatap handphonenya lagi tanpa mempedulikan aku. Apa – apaan yeoja ini?! Tidak bisa dibiarkan. Namja setampan aku dianggurkan begitu saja, huh?! Dasar.

Aku menarik pundaknya hingga Ia menghentikan langkahnya dan menatapku santai. “Kau tahu siapa aku,huh? Aku Lee Donghae”

“Oh. Mau kenalan? Bilang dari tadi dong. Panggil saja aku Eunhyuk” yeoja itu langsung meraih tanganku dan menjabatnya. Ia memberikan senyuman ramahnya sambil memperlihatkan gusi giginya.

Aku tercengang mendapati perlakuan yeoja ini. Tanpa basa – basi, Ia menepuk pundakku lagi dan pergi meninggalkanku sambil menatap handphonenya lagi. Aku menatap tanganku kemudian menatap punggung yeoja itu yang semakin menjauh dari pandanganku. “Eunhyuk” gumamku

***

“Bwahahahahaha” tawa Hangeng hyung dan Henry membahana di telingaku. Mereka tampak senang mendapati diriku yang populer ini diperlakukan seperti itu oleh seorang yeoja yang memandangku dengan tatapan biasa. Atau mungkin tidak memandangku.

“Artinya teorimu yang mengatakan bahwa tidak ada satu pun yeoja yang tak mengenalmu itu salah” ujar Hangeng hyung di sela – sela gelak tawanya.

Mendengar itu dahiku mengernyit dan bibirku mengulum maju—tidak terima, berbeda dengan Henry yang tertawa semakin keras. Inilah kami, tiga namja tampan yang populer di sekolah ini. Aku dan Henry belajar banyak dari Hangeng hyung bagaimana caranya memperlakukan yeoja dengan baik.

Henry mengadahkan tangannya di depan wajahku. Ia tersenyum penuh kemenangan hingga aku pasrah mengeluarkan beberapa lembar uang yang ada di kantong celanaku. “Tunggu! Kau pikir, yeoja yang bernama Eunhyuk itu mengenalmu, huh?! Dia itu yeoja yang tidak peduli dengan sekitarnya kecuali dunianya”

Henry mendengus, mendengar ucapanku. Ia melirik Hangeng hyung sekilas dan Ia pun mengangguk—mengerti maksudku. “Aku terima tantanganmu”

*Donghae PoV end*

 

***

Seperti biasanya, Donghae berjalan santai di lorong favoritnya sambil memperhatikan para yeoja yang menatap kagum padanya. Di saat yang sama, mata Donghae tertuju pada yeoja yang menjadi perhatiannya belakangan ini. Seperti biasanya pula, Ia berjalan menatap handphonenya tanpa melihatnya.

Donghae menghela nafasnya dan tetap berjalan lurus sambil memperhatikan Eunhyuk yang berjalan ke arahnya. Dugaan Donghae tepat, Eunhyuk berjalan melaluinya begitu saja tanpa meliriknya. Donghae menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke belakang—menatap punggung Eunhyuk yang semakin menjauh. Ia melihat Henry yang berjalan ke arahnya. Donghae bertaruh, Eunhyuk juga tidak akan mengenali Henry.

“Eunhyuk-aa” sapa Henry mengulum senyum sambil melirk Donghae di balik kepala Eunhyuk.

Donghae mendengus dan mulai merekahkan senyum kemenangan saat Eunhyuk berhenti di hadapan Henry tanpa memandangnya. Donghae bersiul pelan, Ia tahu Henry tidak akan menang darinya.

“Ah, Henry sshi. Annyeong!” sapa Eunhyuk yang langsung melipat handphonenya dan memasukkannya ke dalam saku seragamnya. Ia membungkukkan diri sesaat di hadapan Henry, layaknya para yeoja lain yang memuja Henry.

Henry semakin melancarkan senyuman mautnya sambil menatap geli wajah Donghae yang tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. “Ah, tidak ku sangka. Kau mengenalku yah”

“Tentu! Siapa yang tidak mengenalmu? Kenapa Henry berkata seperti itu?” tanya Eunhyuk tidak mengerti. Kata – kata Eunhyuk membuat Donghae makin tercengang.

“Ah, anii. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau benar – benar mengenaliku. Repot juga kan kalau aku ingin berbicara denganmu tapi kau tidak mengenaliku” jelas Henry yang berhasil membuat Eunhyuk tersipu.

Donghae mengacak – acak rambutnya—tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dari kejauhan, Henry mengajak Eunhyuk untuk berbincang – bincang ringan sambil lalu meninggalkan lorong—tempat Donghae berdiri memperhatikan.

Hangeng muncul tiba – tiba di balik punggung Donghae. Ia mulai merangkul pundak Donghae dan meletakkan dagunya di atas bahu Donghae. “Bagaimana? Ternyata kemajuan Henry lebih pesat dibanding dirimu. Tidak ku sangka, Henry yang terhitung murid baruku itu bisa mengalahkanmu, yang merupakan murid handalku”

“Itu hanya kebetulan!” seru Donghae yang masih memandang kepergian Henry dan Eunhyuk yang mulai luput dari pandangannya.

“Kebetulan? Lucu juga. Kebetulan yang menarik yah? Kenapa hanya dia, yeoja yang tidak memandangmu?” bisik Hangeng di telinga Donghae. Hangeng menepuk pundak Donghae dan pergi meninggalkan Donghae secara perlahan.

Mata Donghae membulat, menelan tiap kalimat Hangeng—gurunya itu. Deru nafas Hangeng masih terasa di sela – sela telinga Donghae hingga Ia benar – benar mengecam kata – kata Hangeng. “Kenapa hanya dia?” gumam Donghae sangsi.

***

Setiap hari Donghae rajin berjalan di lorong favoritnya. Ia baru menyadari bahwa Eunhyuk juga suka berjalan di lorong ini. Donghae mengerutkan alisnya, ini semua hanya kebetulan, pikirnya. Tidak hanya Eunhyuk yang suka berjalan di lorong ini. Ada banyak siswa yang melalui lorong ini setiap harinya walau lorong ini bukanlah lorong satu – satunya yang ada di sekolahnya.

“Kau lihat itu? Itu yang namanya Lee Donghae. Orang yang paling gigih, yang pernah ku kenal” jelas Hangeng memperhatikan Donghae dari kejauhan.

Henry mengangguk setuju dengan Hangeng. Dari jejeran jendela lorong, Henry dan Hangeng dapat dengan jelas memperhatikan gerak – gerik Donghae menyusuri lorong favoritnya itu. Hangeng mengangkat kedua tangannya dan mulai menyenderkan punggungnya ke pohon yang memayunginya.

“Film yang menarik. Kau dapat berapa? Sepertinya untung banyak” kata Hangeng melirik Henry penuh makna. Henry hanya tersenyum seraya menepuk saku seragam sekolahnya.

Karena Eunhyuk, Donghae melupakan senyum tipis mautnya yang biasanya Ia tebar pada para yeoja yang mengharapkannya. Beberapa yeoja menyapa Donghae namun Donghae hanya diam sambil terus menerus memperhatikan satu yeoja yang makin mendekat ke arahnya. Donghae baru menyadari bahwa lorong favoritnya itu terlalu padat dan ramai hingga Ia harus memfokuskan matanya pada Eunhyuk agar yeoja itu tidak luput dari pandangannya.

BRUK!!

“Donghae-aa!!”, “Donghae oppa!!” , “Donghae sshi!!”, “Gwenchanayo?!!” seru beruntun beberapa yeoja yang terkejut mendapati Donghae terjatuh. Mereka heboh membantu Donghae yang hanya terjatuh ringan.

Donghae bangkit dengan bantuan para yeoja itu. Ia mengangguk – anggukan kepalanya—mengucap terima kasih pada mereka. Bisa – bisanya Donghae tersandung dan terjatuh di lorong favoritnya, di lorong—tempatnya menebar pesona. Dan itu semua hanya karena satu yeoja, yaitu Eunhyuk.

Donghae mengadahkan kepalanya kemudian menyapu pandangannya ke segala arah, mencari sosok Eunhyuk. Yeoja rambut pirang dan pendek itu telah berjalan menjauhi Donghae. Tak disangka, yeoja itu berjalan santai tanpa mempedulikan Donghae yang terjatuh disana. Donghae yang terjatuh pun tidak dapat mengalihkan pandangan Eunhyuk dari handphonenya.

Keesokan harinya, Donghae telah membulatkan tekad. Donghae akan membuat Eunhyuk memandangnya hingga hanya dia yang ada di matanya bukan handphonenya. Donghae berdiri di ujung lorong, menghirup nafas dalam – dalam. Eunhyuk, hanya nama itu yang ada di otaknya sekarang. Donghae mulai berjalan santai seperti biasanya. Ia melirik beberapa yeoja yang tersenyum dan menyapanya. Kali ini Ia hanya mengangguk pelan—memberi respon pada para yeoja itu. Donghae memilih untuk tidak menebar senyumnya agar Ia fokus dengan sosok yang dicarinya.

Deg…Deg…dada Donghae berdegup kencang saat melihat sosok yang dicarinya telah Ia kunci di matanya. Donghae melangkahkan kakinya hati – hati, mengikuti irama tabuhan hatinya. Eunhyuk dengan handphonenya semakin mendekat ke arahnya, hati Donghae pun semakin bertabuh hingga kakinya tidak sabar untuk berjalan cepat. Eunhyuk berjalan melewati Donghae tanpa memandangnya bahkan meliriknya seperti biasanya. Donghae menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang kemudian dalam satu gerakan cepat Ia menarik lengan Eunhyuk dan meraih handphone Eunhyuk.

Eunhyuk yang terkejut pun langsung menerkam tangan Donghae yang mengambil handphonenya. Donghae mengangkat tangannya yang memegang handphone Eunhyuk setinggi – tingginya hingga Eunhyuk tidak dapat meraihnya.

“Masih tidak mau menatap ku juga?!” gertak Donghae memperhatikan mata Eunhyuk yang masih berusaha meraih handphonenya. “Ternyata memang hanya handphone ini yang ada di matamu? Baiklah”

“Jangan dibuka!!” pinta Eunhyuk memberontak.

Donghae tidak menuruti kata – kata Eunhyuk. Ia penasaran dengan dunia Eunhyuk yang selama ini berada di dalam handphonenya—yang telah membuat mata Eunhyuk tidak menatapnya. Donghae memegang kepala Eunhyuk, menghentikan yeoja itu untuk berontak. “Aku tidak mau menurutimu. Aku tidak menebar pesona senyumku belakangan ini hanya karena kamu yang ada di mataku. Aku tersandung dan terjatuh di lorong ini juga karena kamu. Karena hanya kamu yang ada di mataku. Tapi kenapa kamu tidak pernah mau menatapku?”

Eunhyuk menghentikan pemberontakannya. Ia makin membuang mukanya, tidak ingin menatap wajah namja yang ada di hadapannya kini. Donghae menggelengkan kepalanya dan mendesis heran. Bahkan sampai di detik terakhir pun, yeoja yang ada di hadapannya ini masih tidak mau memandang wajahnya. Donghae melirik handphone lipat Eunhyuk yang ada di genggamannya. Ia membuka handphone itu dan terkejut mendapati apa yang dilihatnya.

“Kau bilang, aku tidak pernah menatapmu? Selama ini di lorong ini, aku selalu memandangmu. Hanya kamu, dunia yang ada di handphoneku dan hanya kamu yang ada di mataku” jelas Eunhyuk merunduk—tidak ingin menatap Donghae.

Donghae tersenyum senang melihat semua foto – fotonya yang ada di handphone Eunhyuk. Ia meraih dagu runcing Eunhyuk dan menyuruhnya untuk menatapnya namun Eunhyuk malah menutup matanya—masih tidak ingin menatapnya. “Kau selama ini memandangku melalui handphne? Eunhyukkie, sekarang hanya ada aku di hadapanmu. Tataplah aku”

“Nggak mau. Aku malu” ceplos Eunhyuk masih bertahan dengan mata yang tertutup. Eunhyuk tidak tahu semerah apa wajahnya yang masih disentuh Donghae. Bibirnya terlalu jujur hari itu.

Eunhyuk dapat mendengar desisan tawa yang ditahan Donghae. Eunhyuk mengerutkan alisnya, semakin tidak ingin membuka matanya. Ia ingin cepat – cepat melepaskan diri dari Donghae namun ternyata tubuhnya terkunci oleh tubuh Donghae dan dinding lorong yang baru Ia sadari telah menjepitnya. Hati Eunhyuk bedegup semakin kencang, membuatnya ingin memberontak dari kuncian Donghae. “Ya! Apa yang akan kau laku—–“

Eunhyuk membuka matanya dengan cepat. Ia memandang mata Donghae yang berada tepat di depan matanya. Hidung Eunhyuk dan Donghae saling beradu. Donghae dengan beraninya mencium bibirnya di lorong yang masih ramai dengan murid – murid yang berlalu lalang. Donghae menatap mata bulat Eunhyuk yang terkejut memandangnya. Donghae melepaskan bibirnya dari bibir Eunhyuk namun Ia masih memandang mata Eunhyuk yang terbuka lebar memandanginya.

“Apa aku harus menciummu seperti ini dulu, baru kau memandangku?” goda Donghae mulai merekahkan senyum tipis mautnya. Ia menarik kepala Eunhyuk ke dadanya dan mulai memeluknya. “Kau malu kan? Biar aku yang menutupi wajahmu dengan tubuhku. Apa sekarang aku harus mengatakan kata itu?”

“Tidak perlu. Aku sudah mendengar kata itu dari hatimu” ujar Eunhyuk dalam pelukan Donghae. Eunhyuk tersenyum pelan, mendengar kata cinta dari tabuhan hati Donghae yang sama berdebarnya dengan hatinya. Donghae tersenyum dan semakin menenggelamkan kepala Eunhyuk ke dalam pelukannya.

_THE END_